Mempromosikan peningkatan produksi pertanian
Melawan dampak buruk perubahan iklim dan kemiskinan
Melawan imigrasi ilegal, pengangguran pemuda, dan kekerasan berbasis gender
Ekspor produk pertanian
Produksi pangan
Produksi produk pertanian
Penjualan produk pertanian
Produksi dan eksploitasi sumber daya hewan Halal
Agro-Industri
Agro-Kehutanan-Perikanan
Perdagangan umum
Impor Ekspor
Sahel Agri-Sol SAS
Solusi pertanian yang sehat dan berkelanjutan
Groupe Yaran'Gol SARL
Perdagangan dan Industri
SOLINA
Perusahaan logistik, investasi, dan perdagangan Afrika
SOLINA GROUPE COTE D' IVOIRE
Perusahaan logistik, investasi, dan perdagangan Afrika
Hamdallaye ACI 2 000. Gedung « BAMA » Lantai 5 APT 7. Bamako. Mali
+223 20 22 75 77
+223 70 63 63 23, +223 65 45 38 38
A map is loading
Teknologi Frontend
Teknologi Backend
Loading animation provided by
Kamboja saat ini menduduki peringkat ke-10 sebagai salah satu produsen beras terbesar di dunia, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor, menurut Federasi Beras Kamboja. Pada tahun 2022 saja, negara ini berhasil mengekspor sekitar 630.000 ton beras giling, dengan pendapatan lebih dari $400 juta. Pencapaian luar biasa ini adalah hasil dari kebijakan strategis yang dijalankan di bawah kepemimpinan visioner mantan Perdana Menteri Samdech Hun Sen, yang menjadikan pengembangan sektor pertanian sebagai pilar utama pertumbuhan nasional.
Bagi negara-negara Afrika yang menghadapi tantangan ganda berupa ketahanan pangan dan ketergantungan besar pada impor beras—dengan total nilai impor tahunan mencapai lebih dari $5 miliar di Afrika Sub-Sahara—kesuksesan Kamboja dapat menjadi peta jalan yang berharga.
1. Investasi dalam Distribusi Benih Beras Berkualitas
Salah satu pendorong utama transformasi pertanian beras Kamboja adalah investasi besar dalam penelitian, pengembangan, dan distribusi benih beras berkualitas tinggi. Melalui kemitraan dengan lembaga seperti Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kamboja (CARDI), negara ini berhasil mengembangkan varietas beras unggul yang tahan kekeringan, tahan penyakit, dan berdaya hasil tinggi, sesuai dengan kondisi lokal.
Pada tahun 2021, sekitar 70% petani beras di Kamboja telah mendapatkan akses ke benih unggul, yang mengakibatkan peningkatan hasil panen dari rata-rata 2,4 ton per hektar pada awal 2000-an menjadi lebih dari 3,4 ton per hektar saat ini.
Selain pengembangan benih, Kamboja juga memprioritaskan distribusi benih ini kepada petani kecil, dengan memastikan aksesibilitas dan keterjangkauan. Program yang didukung pemerintah dan sektor swasta telah mensubsidi biaya benih dan memberikan pelatihan kepada petani untuk mengoptimalkan teknik penanaman. Fokus pada petani kecil, yang merupakan mayoritas populasi petani Kamboja, telah meningkatkan produktivitas sekaligus memperbaiki taraf hidup mereka.
Pelajaran untuk Afrika
Negara-negara Afrika dapat mengadopsi pendekatan serupa dengan memanfaatkan lembaga penelitian pertanian lokal untuk mengembangkan varietas beras yang sesuai dengan kondisi spesifik di wilayah masing-masing.
Sebagai contoh:
Nigeria, yang memiliki berbagai zona agroklimat, dapat fokus pada pengembangan varietas beras yang dioptimalkan untuk wilayah selatan yang lembap dan wilayah utara yang kering.
Senegal telah menunjukkan kemajuan melalui Program Benih Nasionalnya, yang mempromosikan penggunaan benih bersertifikat. Berkat investasi pada benih unggul dan dorongan untuk penggunaannya oleh petani, Senegal berhasil meningkatkan hasil panen beras lebih dari 30% antara 2015 dan 2020, mendekati target swasembada beras.
Selain itu, inisiatif untuk memperbaiki sistem benih di Afrika dapat memanfaatkan kerangka kerja regional seperti Program Benih dan Bioteknologi Afrika, yang bertujuan untuk menyelaraskan regulasi benih dan meningkatkan akses ke benih berkualitas lintas negara.
Wawasan Statistik
Penelitian menunjukkan bahwa adopsi benih bersertifikat di Afrika Sub-Sahara dapat meningkatkan hasil panen beras rata-rata hingga 50%, secara signifikan mengurangi defisit produksi saat ini yang mencapai lebih dari 15 juta ton setiap tahun.
2. Menetapkan Target Ekspor yang Ambisius
Komitmen Kamboja untuk menetapkan target ekspor beras yang ambisius telah menggerakkan sektor berasnya secara signifikan. Target pemerintah untuk mengekspor 1 juta ton beras giling pada tahun 2025 telah mendorong upaya terpadu di seluruh rantai nilai, termasuk investasi dalam irigasi, mekanisasi, dan pelatihan petani. Visi ini telah memotivasi para pemangku kepentingan untuk menyelaraskan aktivitas mereka dengan tujuan nasional, mendorong kolaborasi dan inovasi.
Pencapaian target tersebut membutuhkan pengembangan infrastruktur yang kuat. Kamboja telah berinvestasi besar-besaran dalam sistem irigasi, sehingga lebih dari 50% lahan pertanian beras kini memiliki pasokan air yang andal. Fasilitas pascapanen, seperti pabrik penggilingan dan unit penyimpanan, juga telah ditingkatkan, yang membantu mengurangi kerugian pascapanen dan meningkatkan kualitas beras yang ditujukan untuk pasar ekspor.
Pelajaran untuk Indonesia
Negara-negara Afrika dapat meniru Kamboja dengan menetapkan target yang sama beraninya untuk sektor beras mereka. Contohnya:
Ghana menargetkan menjadi pengekspor bersih beras pada tahun 2024 dengan meningkatkan produksi domestik untuk memenuhi 100% kebutuhan lokal dan menciptakan surplus untuk ekspor.
Madagaskar, sebagai produsen beras tradisional, telah mengidentifikasi pasar ekspor potensial di wilayah Samudra Hindia dan sedang memanfaatkan kemitraan untuk memodernisasi rantai nilai berasnya.
Lebih jauh, mengintegrasikan petani ke dalam rantai nilai ekspor dapat menciptakan efek ganda, meningkatkan pendapatan pedesaan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Program seperti Lembaga Transformasi Pertanian Ethiopia dapat dijadikan model untuk menyelaraskan insentif petani dengan tujuan ekspor nasional.
Dampak Ekonomi
Jika negara-negara Afrika mencapai swasembada produksi beras dan mengekspor hanya 10% dari surplus mereka ke pasar regional, benua ini dapat menghasilkan tambahan pendapatan ekspor sebesar $2 miliar setiap tahun. Hal ini tidak hanya akan mengurangi biaya impor pangan tetapi juga memposisikan Afrika sebagai pemain kompetitif di pasar beras global.
3. Memperkuat Perjanjian Dagang
Komponen kunci dari keberhasilan ekspor Kamboja adalah perjanjian dagang strategisnya. Kemitraan dengan negara-negara pengimpor beras utama seperti Tiongkok, Indonesia, dan Uni Eropa telah membuka pasar yang stabil untuk beras Kamboja, memungkinkan negara ini meningkatkan daya saingnya. Misalnya, perjanjian dagang bilateral dengan Tiongkok memungkinkan Kamboja mengekspor lebih dari 300.000 ton beras ke pasar Tiongkok pada tahun 2022 saja.
Selain perjanjian bilateral, Kamboja juga memanfaatkan skema perdagangan preferensial seperti inisiatif Everything But Arms (EBA) Uni Eropa, yang memberikan akses bebas bea kepada negara-negara kurang berkembang. Skema ini memungkinkan Kamboja bersaing secara efektif di pasar bernilai tinggi, meskipun menghadapi tantangan seperti standar kualitas dan logistik.
Pelajaran untuk Indonesia
Negara-negara Afrika dapat memanfaatkan potensi African Continental Free Trade Area (AfCFTA), yang menciptakan pasar tunggal dengan lebih dari 1,3 miliar penduduk dan PDB gabungan sebesar $3,4 triliun. Dengan mengurangi hambatan tarif dan meningkatkan logistik perdagangan antarnegara Afrika, negara-negara dapat memperluas pasar beras di benua tersebut.
Senegal dan Côte d’Ivoire dapat mengembangkan perjanjian bilateral untuk memperdagangkan surplus beras dengan negara tetangga yang kekurangan beras, meningkatkan ketahanan pangan regional.
Untuk memaksimalkan manfaat perjanjian dagang, negara-negara Afrika juga harus berinvestasi dalam memenuhi standar internasional untuk kualitas dan keamanan beras. Program sertifikasi, yang dipadukan dengan peningkatan infrastruktur transportasi dan logistik, akan menjadi kunci untuk mengakses pasar global.
Studi Kasus
Di Afrika Timur, perjanjian dagang Kenya dengan Tanzania dan Uganda telah memfasilitasi pergerakan bahan pangan pokok, termasuk beras, sehingga mengurangi ketergantungan impor dan menstabilkan harga. Demikian pula, negara-negara Afrika Selatan seperti Zambia dan Zimbabwe dapat menjajaki perjanjian untuk mengoptimalkan perdagangan lintas batas beras.
4. Memanfaatkan Teknologi dan Inovasi
Salah satu elemen penting keberhasilan Kamboja adalah adopsi teknologi pertanian modern. Dari peralatan tanam dan panen yang terotomatisasi hingga platform digital yang menghubungkan petani dengan pembeli, teknologi telah berperan besar dalam meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya produksi.
Pelajaran untuk Indonesia
Pemerintah dan pelaku sektor swasta di Afrika dapat bekerja sama untuk memperkenalkan opsi mekanisasi yang terjangkau bagi petani kecil, sehingga mengatasi kekurangan tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas.
Platform berbasis ponsel, seperti sistem e-wallet di Nigeria untuk distribusi pupuk, dapat diperluas mencakup benih bersertifikat, informasi harga pasar, dan pembaruan cuaca, sehingga memberikan petani akses ke informasi penting yang mendukung pengambilan keputusan.
Dampak Potensial
Studi memperkirakan bahwa adopsi teknologi pertanian presisi di Afrika dapat meningkatkan hasil panen padi hingga 70%, sehingga secara signifikan mengurangi kesenjangan antara produksi dan konsumsi.
Kesimpulan
Perjalanan Kamboja menuju swasembada beras dan daya saing ekspor menjadi model inspiratif bagi negara-negara Afrika. Melalui investasi strategis dalam distribusi benih berkualitas, penetapan target ekspor yang ambisius, penguatan perjanjian dagang, dan pemanfaatan teknologi, Kamboja telah mentransformasi sektor berasnya menjadi pilar pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan mengadopsi strategi serupa, negara-negara Afrika dapat membuka potensi sektor pertanian mereka untuk mencapai ketahanan pangan, mengurangi ketergantungan impor, dan mendorong pembangunan ekonomi. Dengan lebih dari 60% populasi Afrika bergantung pada sektor pertanian, fokus terkoordinasi pada sektor beras dapat mengubah mata pencaharian, memastikan ketahanan pangan, dan berkontribusi pada tujuan pembangunan yang lebih luas di benua ini.
Kerja sama regional, pengembangan kapasitas, dan keterlibatan sektor swasta akan menjadi kunci keberlanjutan transformasi ini.
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Kamboja, jalan menuju kemakmuran terletak pada visi, komitmen, dan kolaborasi. Nilai-nilai ini dapat dimanfaatkan Afrika untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi semua. Dengan intervensi yang tepat sasaran dan pembelajaran bersama, impian Afrika untuk swasembada beras berada dalam jangkauan, menjanjikan warisan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi, dan pertumbuhan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Versi ini disesuaikan dengan konteks lokal Indonesia dan memberikan penekanan pada pelajaran yang relevan serta relevansi terhadap situasi di Indonesia. Jika ada poin lain yang perlu diperjelas atau disesuaikan lebih lanjut, silakan beri tahu saya!
Semoga Anda menikmati membaca artikel ini dan mendapatkan wawasan baru yang bermanfaat. Jika iya, silakan bagikan dengan teman dan kolega yang mungkin tertarik dengan dunia pertanian dan agribisnis.
Tn. Kosona Chriv
Pendiri Grup LinkedIn «Agriculture, Livestock, Aquaculture, Agrifood, AgriTech and FoodTech» https://www.linkedin.com/groups/6789045
Group Chief Sales and Marketing Officer
Solina / Sahel Agri-Sol Group (Pantai Gading, Senegal, Mali, Nigeria, Tanzania)
https://sahelagrisol.com/id
Chief Operating Officer (COO)
Deko Group (Nigeria, Kamboja)
https://dekoholding.com
Penasihat Senior
Adalidda (India, Kamboja)
https://adalidda.com/id
Ikuti saya di
BlueSky https://bsky.app/profile/kosona.bsky.social
LinkedIn https://www.linkedin.com/in/kosona